Kondisi umat islam saat ini
Ataghfirullahaladzim..100x rupanya kita harus banyak-banyak beristighfar kepada Allah swt mohon ampun atas segala kasalahan dan kekhilafan kita maupun saudara-saudara seiman kita yang telah diperbuat baik disengaja maupun tidak disengaja. Maksiat hampir tidak bisa kita elakkan dari panca indra kita baik penglihatan, perbuatan yang dapat menimbulkan kemudhorotan bagi diri kita mapaun oran lain. Kita lihat di media masa baik televisi maupun Koran yang menunjukkan alangkah rusaknya akhlak manusia bangsa ini. Kita lihat dari tingkatan pemimpin elit politik Negara kita Indonesia yang merupakan contoh bagi rakyatnya saling singgung, ejek dan sikap iri yang mencerminkan tidak kedewasaan bagi para pemimpin bangsa ini, kalaulah demikian bagaimana bisa menghantarkan rakyatnya ke masyarakat yang unggul disegala bidang. Alhasil kita lihat setiap hari di televisi, Koran maupun media lainya banyak sekali tindakan kekerasan dirumah tangga, tawuran antar kelompok, pemerkosaan, pencurian, aborsi dan lain sebagainya yang merupakan kebejatan akhlak. Dan ini banyak dilakukan oleh orang yang kebanyakan umat islam. Itulah kondisi umat islam saat ini di Indonesia Ada apa gerangan…? Apakah para musuh-musuh islam telah berhasil melncarkan misinya yang akan menhancurkan islam lewat pengrusakan akhlak kaum muslimin.., kita jangan menyerah seperti itu saudaraku.. setidaknya ada kelemahan-kelemahan kaum muslimin yang harus kita ketahui untuk menguatkan kembali kejayaan islam. Kelemahan tersebut diantaranya:
Kelemahan Aqidah
Aqidah ketauhidan umat islam Indonesia saat ini rupanya masih lemah.. kita lihat kasus yang baru terjadi seperti si dukun cilik ponari yang dapat menyembuhkan penyakit dengan batunya yang didapat ketika tersambar petir. Banyak sekali masyarakat yang percaya akan hal tersebut dan celakanya lagi yang dapat menyembuhkannya adalah si ponari dan batunya bukan karena Allah.. naudzubillah tsumanaudzubillah mindzalik itu merupakan dosa syirik, musyrik yang tida akan diampuni oleh Allah swt. Selain itu yang mengkhawatirkan lagi banyak iklan-iklan televisi yang mengajak untuk berbuat syirik seperti meramal nasib dengan cara ketik REG hari lahir, bintang, dan lain sebagainya yang merupakan penipuan dan pembodohan bagi masyarakat dan ternyata banyak sekali pengikutnya untuk program tersebut itu menunjukkan lemahnya aqidah umat ini.
Kelemahan Akhlak.
Fenomena kelemahan akhlak ternyata lebih parah lagi, Menurut hasil survey yang dilakukan sebuah lembaga di tahun 2008, diperoleh data sekitar 63% remaja mengaku sudah melakukan hubungan seks bebas (berzina) sebelum nikah itu artinya bila ada 10 orang gadis berarti 6 diantaranya sudah tidak perawan lagi. Astaghfirullah betapa rusaknya akhlak anak muda bangsa ini.
Kelemahan Tarbiyah
Lemahnya pemantauan, pendidikan dan perawatan dalam sikap amar ma’ruf nahi mungkar membuat kita akan sering lupa/khilaf, maka harus ada orang yang selalu mentarbiyah baik diri kita, keluarga kita maupun pada masyarakat dan hendaknya dilaksanakan secara kontinyu agar selalu terjaga sifat dan sikap kita dan selalu meningkat keimanan kita kepada Allah swt.
Kelemahan Tsaqofah / Pengetahuan
Kelemahan pengetahuan ini walaupun tidak semuanya tapi Negara kita masih tertinggal d dalam pergerakan IPTEK, kita ketahui itu adalah karena pemudanya yang tidak tanggap dengan hal tersebut. Kita lihat banyak pemuda zaman sekarang senangnya berhura-hura, kita lihat banyak mahasiswa yang kerjanya hanya nongkrong-nongkrong bila ada jam kosong juga bisa kita lihat ditayangan televise pagi yang menyuguhkan konser musik live dari mall maupun tempat lainnya, itu mereka yang nonton kebanyakan anak muda yang seusia smp sampe kuliahn. Apa mereka tidak sekolah.. atau kuliahan. Juga lihat pada malam harinya lagi ketika konser musik live merka juga yang nonton anak-anak sekolahan yang nobenya malam untuk belajar, apakah mereka tidak belajar.. jadi kapan waktu untuk mngembangkan diri jika pemudanya hanya disuguhi dengan hal-hal yang senagn-senan dan hura-hura..dan bagaimana bisa menghasilkan sikap kepemimpinan jika fenomena ini terjadi.
Kelemahan Dakwah
Dakwah merupakan kegiatan/usaha untuk mengajak yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, hal ini sangat penting untuk perbaikan. Tapi kenyataanya, hanya sedikit sekali orang bergelut dalam hal dakwah ini. Orang itu takut diejek, ketinggalan, kuno, malu bila berdakwah, padahal balasannya maka dunia dan seisinya akan menjadi milik kita.
Kelemahan Tandziman / Pengorganisasian.
Di Indonesia banyak sekali lembaga-lembaga yang menamakan dirinya organisasi islam yang bertjuan untuk meninggikan agama islam dan menegakkan syareat islam namun dalam perjalanannya organisasi-oganisasi tersebut saling menyalahkan dan menjatuhkan dengan fikroh-fikroh yang mereka yakini dan inilah yang merupakan dhoifun tandziman lemahnya pengorganisasian tidak adanya sikap untuk bersatu dengan berpegang teguh Al-qur’an dan As-sunah.
Inilah sebagian yang bisa digambarkan tentang kondisi umat islam di Indonesia saat ini yang merupakan penduduknya mayoraitas islam walaupun tidak semuanya lemah dan masih ada anak-anak bangsa ini yang terbaik namun itu hanyalah sedikit sekali jumlahnya perlu dijaga dan dipelihara akhlaknya agar bisa memperbaiki bangsa ini. Setidaknya kita mendaptkan tiga poin dari hal ini yaitu :
Mngetahui kelemahan-kelemahan tersebut.
Setelah kita mengetahui kelemahan tersebut, hendaklah kita menghindari kelemahan tersebut agar tidak menjadi orang yang merugi.
Melaksanakan ikhtiar atau berusaha untuk melawan kelemahan-kelemahan tersebut yaitu dengan bersatu dalam naungan Al-qur’an dan As-sunnah dan selalu memelihara (tarbiyah) kearah yang lebih baik yang diridahoi Allah swt.
KONDISI UMAT ISLAM SAAT INI
Keadaan muslimin sekarang ini memanglah hina dan beradadi bawah kekuasaan musuh-musuh Islam. Muslim sebagai umat yang baik dan mulia ternyata tidak lagi nampak kemuliaannya di tengah manusia lain. Bahkan nampak semakin terjerumus sebagai hasil keadaan jahiliyah yang semakin merajalela saat ini. Secara umum kondisi kaum muslimin hari ini mempunyai kelemahan-kelemahan di antaranya adalah “Akidah, tarbiyah, tsaqofah, dakwah, pengorganisasian/tanzim, dan akhlak.
Keadaan ini terjadi di sebagian besar negara Islam. Bukti yang nyata adalah banyaknya negara Islam di bawah kekuasaan musuh-musuh Islam. Sebagian muslim tersebut nampak tidak mengamalkan ibadah wajib seperti shalat, berpakaian muslimah, zakat dan berpuasa. Keadaan demikian harus diperbaiki dengan menyediakan dakwah harakiyah yang integral dan bersifat rabbaniyah, minhajiyah, marhaliyah dan ulawiyah serta sesuai dengan realitas dan seimbang.
DO’FUL MUSLIMIN (KELEMAHAN KAUM MUSLIMIN)
Aqidatan (Aqidah)
Tarbiyatan (Pendidikan)
Tsaqafiyatan (Pengetahuan)
Dakwatan (Dakwah)
Tandhiman (Struktur)
Akhlaqan (Akhlak)
A.AQIDATAN (Aqidah)
Berbagai kelemahan muslim yang utama dan prinsip pada saat ini adalah kelemahan aqidah di kalangan kaum muslimin. Aqidah pada sebagian besar kaum muslim telah dicampuri dengan berbagai kepercayaan yang merusak aqidah yang sebenarnya. Kepercayaan kepada nenek moyang dengan mengamalkan kepercayaan tradisi jahiliyah yang diwarnai oleh animisme dan dinamisme, sebagian lagi kepercayaan ini dipengaruhi oleh agama Hindu. Aqidah Islam juga dicemari oleh faham tarekat yang salah dan kepercayaan Syiah yang bertentangan dengan aqidah ahlus sunnah wal jamaah. Aqidah yang dibawa oleh umat Islam tidak juga tertanam secara baik di dada kaum muslimin. Mereka mencampuri dengan kepercayaan kebendaan, keduniaaan dan sebagainya yang menjauhkan aqidahnya darii Allah SWT.
B. TARBIYATAN (Pendidikan)
Tarbiyah Islamiyah di kalangan muslimin sangatlah sedikit. Secara formal yang dilaksanakan oleh sekolah-sekolah negeri atau swasta sangatlah terbatas hanya beberapa jam saja diajarkan di kelas. Sedangkan sekolah Islam tidak begitu banyak. Keadaan ini masih sangat kurang apabila dibandingkan dengan keperluan saat ini. Sekolah Islampun tidak semuanya dapat menyajikan Islam dan tarbiyah yang baik sehingga dapat merubah pribadi pelajar dan gurunya. Pelaksanaan tarbiyah secara informal belum lagi banyak dilaksanakan secara berkesan. Majlis Taklim misalnya, sebagai tarbiyah yang bersifat informal. Dalam pelaksanaannya Majlis Taklim lebih kepada majelis illmu yang memberikan keperluan akal tetapi kurang kepada memenuhi keperluan qolbu dan biasanya kurang begitu membentuk kepribadian.
C. TSAQAFIYATAN (Pengetahuan)
Tsaqafiyatan Islamiyah di kalangan muslim juga kurang beriringan dengan efektivitas peranan tarbiyah dan sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh umat Islam. Tsaqofah ini berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan wawasan yang bersifat Islam atau umum. Kemampuan ii belum banyak dimiliki oleh kaum muslim. Sebagian menguasai tsaqofah Islam tetapi dalam masalah umum kurang menguasainya (misalnya politik, ekonomi, kemasyarakatan) begitupun sebaliknya kurang ditemui muslim yang mempunyai penguasaan di bidang umum dan memiliki kemampuan tsaqofah Islamiyah. Muslim yang mempunyai ilmu dan tsaqofah demikian tidaklah banyak, dan masih kurang dibandingkan dengan jumlah muslim serta keperluan yang ada. Sebagian muslim yang mempunyai tsaqofah in kurang sesuai dangan pemahaman aqidah Islamiyah, kurang merujuk kepada minhaj yang utama yaitu Al Qur’an dan Sunnah. Sebagian merujuk kepada nilai Barat yang bertentangan dengan Islam, termasuk tsaqofah yang disuburkan oleh kepercayaaan jahiliyah seperti ashobiyah, nasionalisme, sekuler, kapitalisme dan komunisme.
D. DAKWATAN (Dakwah)
Dakwah Islampun nampaknya terkena penyakit dan keadaan sekarang seperti kata pepatah hidup enggan matipun tak mau. Kondisi dakwah yang berjalan perlu dipertanyakan lag tujuan yang hendak dicapai dan cara mencapai tujuan tersebut. Hasil dakwah sekarang ini belum lag dapat dibanggakan bahkan keadaaan sekarang ini menunjukkan dakwah tidak berjalan karena tidak nampak bertambahnya pengikut atau pengikut yang ada pun semakin berkurang. Dakwah Islam tidak berkesan karena sebagian sudah hilang tujuan sebenarnya yang sudah dipengaruhi oleh berbagai pendekatan yang kurang Islami. Dakwah kurang berkesan karena menjadikan dakwah sebagai organisasi kelompok atau kumpulan elite ataupun perkumpulan yang tidak berdasarkan kepada nilai-nilai Islam. Dakwah yang tidak berjalan adalah satu masalah sendiri, sementara yang sedang berjalanpun perlu dilihat bagaimana keadaan yang sebenarnya, adakah sesuai dengan minhaj atau tidak. Mereka yang tidak berdakwah juga merupakan masalah besar karena mereka dijadikan sebagai mangsa yang sangat empuk dimakan oleh pihak musuh.
E. TANDHIMAN (Struktur)
Tanzim atau organisasi yang dikendalikan oleh Islam perlu dipertanyakan sejauh manakha mereka mengamalkan Islam di dalam tanzimnya. Tanzim dapat dibagi kepada tanzim berupa jamaah yang komitmet pesertanya melalui baiah dan organisasi Islam yang terbuka dengan menjalankan beberapa keperluan dan aktivitas Islam secara terbuka, atau organisasi Islam yang berwarna perkumpulan, kelompok, NGO dan yang lainnya. Bagaimanapun tanzim ini perlu dilihat kondisinya karena keadaaannya tak jauh berbeda dengan keadaan umat Islam yang sedang sakit. Apabila pengendali sedang sakit maka ada kemungkinan yang dibawakan akan sakit.
F. AKHLAQAN (Akhlak)
Akhlak sebagai cermim nuslim sudah dicemari oleh berbagai akhlak jahiliyah yang dilandasi oleh budaya dan gaya hidup masyarakat jahiliyah. Banyak ditemui muslim yang secara statusnya masih sebagai muslim tetapi tidak mencerminkan lagi akhlak Islam yang susah dibedakan dengan mereka yang bukan muslim. Akhlak remaja sangat kentara menampakkan wujud yang salah. Akhlak muslim tidak mewarnai diri muslim secara keseluruhan. Keadaan demikian tidaklah mustahil mengingat ghazwul fikri yang sangat kuat dan hizbusyaitan yang menguasai dunia saat ini.
AL ISLAH (Perbaikan)
Dengan mewujudkan dakwah harkiah syaamilah (pergerakan dakwah yang sempurna) maka perbaikan akan dapat dicapai tanpa wujudnya pergerakan dakwah maka tidak muncul sedikitpun perubahan di kalangan umat. Masalah umat akan tetap menjadi masalah, hal ini telah dibuktikan dengan tidak wujudnya pergerakan dakwah maka umat akan terlena dengan tipu daya pihak kafir. Realitas yang ada sekarang ini memerlukan suatu harkah inkaz (pergerakan penyelamatan) untuk merubah keadaan umat Islam menjadi lebih baik dan terlepas dari segala penyakit yang membawa kita kepada kematian. Dakwah dan harakah yang mempunyai harapan kejayaan mesti mempunyai beberapa prasyarat yang harus dipenuhi diantaranya adalah rabbaniyah, minhajiyah, marhaliyah dan ulawiyah serta sesuai dengan realiti dan seimbang.
AD DAKWAH AL HARAKIYAH ASSYAMILAH (Pergerakan Dakwah Yang Menyeluruh)
Ar Rabaniyah (Rabani)
Ar Manhajiyah (Konsepsional)
Ar Marhaliyah (Tahapan)
Ar Awlawiyat (Prioritas)
Al Waqiiyah (Realitas)
Al Mutawazinat (Seimbang)
A. Ar Rabaniyah (Rabani)
Rabbaniyah di dalam Al Qur’an mempunyai ciri pribadi yang senantiasa mengjarkan Islam dan juga mempelajari nilai Islam. Selain itu ciri rabbani adalah mereka yang tidak merasa duka cita, hina dan lemah didalam menjalankan dakwah Islam. Harakah dan dakwah Islam yang rabbani wajib mempunyai anggota dan sistem yang demikian. Anggotanya tidak diam begitu saja tetapi ia begetak dan senantiasa berdakwah. Dalam menjalankan dakwahnya mereka tidak putus asa tetapi berkelanjutan dan selalu berjalan dengna komitmen yang kuat dan kukuh.
B. Al Manhajiyah (Konsepsional)
Dakwah Islam mesti mengikuti minhaj yang benar dengan kesadaran yang jelas dan bersih. Minhaj dengan basirah ii tentunya merujuk kepada Al Qur’an dan Sunnah serta merujuk kepada sirah anabawiyah. Kemudian dari panduan ini kita mempertimbangkan keadaan lokal seperti situasi, kondisi, keadaan, peristiwa dan sikap yang muncul sehingga muncul fiqhud dakwah yang dapat dijalankan di tempat tertentu. Minhaj yang jelas akan membawa kepada jalan yang jelas dan juga akan membawa kita kepada tujuan yang benar sehingga Allah meridhainya.
C. Al Marhaliyah (Tahapan)
Dakwah dan harakiyah mesti mengikuti marhalah sesuai dengan marhalah (tahap) kesediaan, penerimaan, pengetahuan, kemampuan dan penguasaan aktivis harakah tersebut. Dengan marhalah in maka dakwah dapat berjalan dengan baik dan berpengaruh. Anggota yang membawa dakwah akan mengalami ketenangan dan kebahagiaan tanpa paksaan dan sesuai dengan kemampuan atau marhalah yang ada pada dirinya. Marhalah ini diperlukan di dalam dakwah dan harakah karena Nabi SAW mengamalkan dan menyebrkan dakwah emngikuti dan memperhatikan marhalah ini. Misalnya dakwah pada marhalah tabligh yang mengajak kepada manusia secara umum, kemudian diteruskan kepada dakwah secara taklim dengan suasana pengjaran, kemudaian ditruskan dengan dakwah marhalah takwin yang lebih kepada latiahan dan pembentukan, kemudaian ditingkatkan kepada marhalah tanzim dan tanfiz.
D. Al Awlawiyat (Prioritas)\
Dakwah dan harakah jgua memperhatikan keutamaan dari kerja-kerja yang akan dilakukan. Perlu memfokus kepada suatu isu dan aktivitas yang dapat memberikan sumbangan kepada umat Islam sehingga dakwah dapat tampil di tengah masyarakat dengan kehdiran yang dinanti-nantikan. Misalnya keutamaan tarbiyah adalah suatu keutamaan bagi dakwah dan harakah karena tanpa tarbiyah tidak akan dapat meneruskan dakwah. Tarbiyah akan menciptakan kader dan generasi penerus dakwah itu sendiri. Keutamaan lainnya adalah melihat isu kontemporer dan mencari jalan keluar yang dapat mengembangkan pengaruh di tengah masyarakat misalnya kerja dakwah dalam mengatasi kemiskinan, pengangguran, pengobatan, dan pendidikan yang membawa ke arah kesuksesan.
E. AL Waqiiyah (Realitas)
Dakwah yang sesuai dengan realitas ini merupakan sunnah dan minhaj dakwah Islamiyah. Dakwah mesti membumi di tempat mana ia berpijak, jangan melangit sehingga tidak dapat diamalkan di dalam kehidupan sehari-hari mad’u. Keadaan yang mempertimbangkan realitas ini secara berkesan dicontohkan oleh Nabi dalam berdakwah di Mekah ataupun di Madinah. Jahiliyah di masa itu yang sangat kuat memungkinkan untuk menghancurkan Islam secara cepat tetapi dakwah Nabi secara bertahap dan pasti yang memulainya dengan rahasia dan kemudian dengan cepat mempersiapkan keadaan di Madinah. Dakwah secara non kontroversial adalah pendekatan yang dibawa oleh Nabi sebagi pendekatan hasil observsinya atas realitas yang ada di masyarakat saat itu. Banyak lagi contoh lainnya yang dapat dijadikan pelajaran oleh umat Islam saat ini.
F. Al Mutawazinat (Seimbang)
Dakwah yang seimbang bermaksud dakwah yang memperhatikan semua keperluan al akh dan Islam secara keseluruhan dan memenuhinya dengan seimbang. Aktivis dakwah juga menghendaki keperluan pribadi dan keluarganya agar terpenuhi sehingga dakwah perlu memberikan peluang kepada aktivis dakawah untuk memelihara dan menjaga keperluannnya. Pelajar memerlukan waktu belajar dan mesti emndapatkan nilai yang tinggi, ia pun perlu bertemu dengan orangtua di kampung halaman. Keperluan di dalam menjalankan dakwah seperti keperluan ruhiyah, aqliyah, dan amaliyah. Keseimbangan ini sesuai dengan prinsip keseimbangan yang Allah terapkan kepada makhlukNya. Dengan seimbang ini maka setiap aktivis merasakan senang dan bahagia.
Dalil
Q.S 3:79. Hendaklah kamu menjadi rabbani yang kamu mengajarkan kitab dan kamu membacanya.
Q.S 3:146. Berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama orang rabbani. Mereka itu tidak pengecut, karena bahaya yang menimpa mereke pada jalan Allah dan tiada lemah dan tiada pula tunduk dan Allah mengasihi orang-orang yang sabar.
Q.S 12:108. Katakanlah:” Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.
Ringkasan.
Kondisi kaum muslimin hari ini dilihat dari kelemahan-kelemahan kaum muslimin yaitu aqidah, tarbiyah, tsaqofah, dakwah, pengorganisasian dan akhlak.
Hal ini harus diperbaiki dengan dakwah harakiyah yang integral yang bersifat rabbaniyah, minhajiyah, marhaliyah dan ulawiyah.
Sesuai dengan realitas dan seimbang.
(Di sadur H. Ahmad Saikhudin dari berbagai sumber
Di zaman sekarang, pola hidup pemuda muslim sudah sangat memperihatinkan. Berapa banyak pemuda muslim yang mengunjungi masjid guna menunaikan sholat fardhu dan kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya. Berapa banyak pemuda muslim yang mengkaji dan menghafalkan kitabullah. Berapa banyak pemuda muslim yang mengkaji ilmu diin. Mereka lebih senang menghabiskan waktu luang mereka dengan mengujungi tempat-tempat hiburan seperti Game center, rental PS,dkk. Padahal jika dilihat dari sisi ekonomi, pergi ke tempat seperti itu mengeluarkan biaya dan tidak bermanfaat sedikitpun, bahkan malah membawa bencana. Sedangkan untuk pergi ke masjid, kita tidak usah mengeluarkan uang sepeserpun. Ditambah lagi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di masjid bermanfaat, dan berpahala.
Carut-marutnya pola hidup akhirnya berefek ke pola pergaulan. Pergaulan pemuda muslim sekarang juda sudah memperihatinkan. Bahkan telah merambah ke wilayah pemuda yang sering disebut “ikhwan” dan “akhwat”, yakni pemuda yang terkenal alim, sering mengikuti kajian, dll. Menurut saya yang satu ini justru lebih membahayakan. Berbalut label halaqoh (kumpul-kumpul untuk membahas suatu masalah yang “Islami”, mereka mencuri-curi kesempatan untuk mencari pasangan. Setelah mendapat target, mereka semakin semangat dalam mengikitu halaqoh, karena otomatis mereka dapat bertemu sang pujaan hati, minimal melihat wajahnya. Semakin sering mengikuti halaqoh, semakin sering juga mereka bertemu. Tidak puas bertemu di halaqoh mereka berusaha berhubungan dengan telepon dengan dalih mengingatkan sholat tahajjud, atau puasa senin-kamis, dkk. Lama-kelamaan mereka saling curhat yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Dan tanpa disadari sebenarnya mereka telah terjerumus ke –istilah umumnya—pacaran akan tetapi secara terselubung. Parahnya mereka menganggap bahwa hal ini biasa saja, sekadar ta’aruf atau menganggap hal tersebut sebagai amar ma’ruf.
Kondisi di zaman sekarang seperti ini, sehingga benteng pertahanan terakhir ada pada diri kita sendiri. Jangan sampai kita tererumus ke dalam pergaulan yang tidak sehat. Kita harus lebih berhati-hati dalam memilih teman atau halaqoh. Kita sebagai pemuda muslim harus sadar bahwa masa depan Islam ada ditangan kita. Islam merupakan agama yang sempurnya. Akan tetapi kesempurnaan islam malah tertutupi oleh orang-orang islam sendiri. Yakni orang-orang yang mengaku islam akan tetapi tidak dapat mengemban amanah Islam, tidak mengamalkan ajaran Islam secara complete. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita mulai mempersiapkan diri untuk mengemban amanah ini dengan cara mendalami ilmu diin dan ilmu alat (ilmu dunia), karena dua hal tersebut akan mempermudah kita dalam berdakwah. Di zaman sekarang sangat jarang orang yang memahami diin secara kaffah sekaligus memahami ilmu keduniaan. Pada zaman kejayaan islam dahulu semua ilmuwan muslim memahami ilmu diin dan hafal kitabullah. Sehingga muncullah nama seperti, Al Biruni (fisika, kimia, geografi), Al Kindi (Fisika, matematika), Ibnu Sina (kedokteran), Al khawarizmi (logaritma, penemu angka nol), dll. Untuk menjadi seperti mereka, kita harus dapat memanfaatkan waktu yang kita miliki secara maksimal dan secara efisien. Bukan mustahil untuk menjadi seperti mereka. Akan tetapi, jika pemuda islam sudah rusak pola hidup dan pergaulannya, kehancuran Islam dapat dicount down. Inilah tanggung jawab kita sebagai pemuda islam. Jangan terpengaruh oleh hal-hal sepele seperti diatas, karena sebenarnya tanggung jawab kita jauh lebih besar dari main game dan pacaran, dan konsekuensinya juga jauh lebih hebat.
Sesungguhnya umat islam telah terdampar di persimpangan jalan, mereka hidup dalam kesengsaraan yang tidak pernah disaksikan oleh sejarah islam, telah berlalu banyak krisis dan bencana yang silih berganti. Hal ini dikarenakan umat islam sekarang berada pada kondisi yang lemah dan jauh dari syariat Allah Ta’ala yang kokoh. Akibatnya kita dapatkan kaum muslimin sekarang kehilangan sebagian negeri atau harta mereka. Mereka hidup dalam keadaan bimbang, keguncangan, ketakutan dan rasa was-was.
Islam datang pada masa jahiliyah dalam keadaan asing, dan telah datang masanya di mana islam saat ini dirasakan asing oleh pemeluknya. Sungguh benar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Sesungguhnya Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka thuuba (beruntunglah) orang-orang yang asing” (HR Muslim).
Makna Asing
Definisi asing dalam hadits di atas bukanlah mutlak diberikan bagi seorang yang tampil beda di tengah masyarakatnya. Akan tetapi, asing di sini bermakna seorang muslim yang melaksanakan syariat Islam dengan benar ketika masyarakat melupakannya. Ketika ia melaksanakannya, masyarakat di sekitarnya mengingkarinya bahkan menentangnya. Makna asing di sini dijelaskan dalam hadits lain bahwasanya mereka adalah, “orang-orang yang berbuat kebajikan ketika manusia rusak”, dan dalam riwayat lain mereka adalah, “orang-orang shalih di antara banyaknya orang-orang yang buruk, orang yang menyelisihi mereka lebih banyak dari yang mentaati mereka”.
Makna Thuuba
Thuuba dalam hadits di atas ditafsirkan secara berbeda, sebagian ulama menafsirkannya dengan nama pohon di surga, sebagian mengatakan ia adalah kebaikan yang banyak, sebagian mengatakan ia adalah surga. Akan tetapi, semua makna tersebut adalah benar. Seorang muslim yang teguh di atas agamanya, berpegang pada tuntunan Nabinya yang suci di saat manusia sudah melupakan tuntunan tersebut, walaupun dia dicela, dihina, diasingkan karena melaksanakan agama Allah maka Dia akan menyiapkan baginya kebaikan yang sangat banyak.
Ahlussunnah adalah Kelompok Terasing
Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah dalam seluruh perkara, baik dalam ibadah, perilaku, dan dalam segala bidang kehidupannya. Oleh karena itu, biasanya mereka menjadi orang-orang yang dipandang asing di tengah masyarakatnya dikarenakan mereka menghidupkan sunnah yang sebelumnya belum dikenal atau mereka menyelisihi adat istiadat setempat yang berseberangan dengan syari’at. Maka Ahlus Sunnah adalah kelompok terasing.
Para ulama biasa mensifati Ahlus Sunnah dengan keterasingan dan jumlah yang sedikit. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata kepada sahabat-sahabat beliau, “Wahai Ahlus Sunnah, lemah lembutlah kalian semoga Allah Ta’ala merahmati kalian, karena kalian termasuk orang-orang yang paling sedikit”. Yunus bin Ubaid rahimahullah berkata, ”Tidak ada satupun yang lebih asing dari As-Sunnah dan orang yang mengenalnya”. Sufyan At-Tsauriy rahimahullah berkata, ”Berbuat baiklah kepada Ahlus Sunnah karena mereka adalah orang-orang asing”.
Sunnah yang dimaksudkan di atas bukanlah sebagaimana pengertian menurut ulama fiqh, yaitu sesuatu yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa. Namun yang dimaksud para ulama di atas dengan sunnah adalah jalan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beragama. Itulah jalan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya berada di atasnya yaitu jalan yang terbebas dari segala bentuk syubhat (virus pemikiran) dan syahwat (virus menginginkan hal-hal yang Allah larang). Jadi tepatlah pengertian Ahlus Sunnah yang dikatakan Al-Fudhail bin Iyaadh yaitu mereka adalah orang yang mengerti tentang barang-barang halal apa saja yang masuk ke perutnya. Karena memakan barang-barang yang halal merupakan perkara sunnah paling penting yang dipegangi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Keterasingan Islam Saat Ini
Saudaraku, saat ini telah terlihat bagaimana kebenaran sabda Nabi shalllahu ’alaihi wa sallam di atas. Kaum muslimin saat ini yang sudah jauh dari agamanya membolehkan berbagai perkara yang sudah jelas-jelas dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya dan melarang perkara yang Allah dan Rasul-Nya perbolehkan. Lihatlah contohnya perkara zina yang jelas-jelas dilakukan di depan umum dan disebarluaskan. Masyarakat malah membiarkan perbuatan ini, bahkan menyanjungnya pelakunya karena dia telah mengakui kesalahannya. Sedangkan orang yang melakukan perbuatan yang jelas-jelas halalnya dalam syari’at ini yaitu poligami malah dihujat, dicela bahkan dituduh sebagai orang yang memperturutkan hawa nafsunya, wal’iyudzu billah. Inilah keterasingan Islam saat ini.
Wahai Dzat yang membolak-bolakkan hati, tetapkan hati kami diatas agama-Mu, wahai dzat yang memalingkan hati, palingkan hati kami pada ketaatan kepada-Mu. [Satria Buana]
REALITA UMAT ISLAM SEKARANG Oleh : dakwatuna
Tidak dapat dipungkiri bahwa era sekarang adalah Era Amerika Serikat (al-Ashr al-Amriki). Seluruh dunia memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap AS, Israel dan sekutunya. AS dan Eropa yang beragama Nashrani dan Israel yang Yahudi sangat kuat mencengkeram dunia Islam. Bahkan sebagiannya dibawah kendali langsung mereka seperti Arab Saudi, Kuwait, Mesir, Irak dan lain-lain. Realitas yang buruk ini telah diprediksikan oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya: Dari Said Al-Khudri, dari Nabi saw bersabda:" Kamu pasti akan mengikuti sunah perjalanan orang sebelummu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta hingga walaupun mereka masuk lubang biawak kamu akan mengikutinya". Sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah saw apakah mereka Yahudi dan Nashrani". Rasul saw menjawab, "Siapa lagi!" (H.R. Bukhari dan Muslim)
Beginilah nasib dunia Islam di akhir jaman yang diprediksikan Rasulullah saw. Mereka akan mengikuti apa saja yang datang dari Yahudi dan Nashrani, kecuali sedikit diantara mereka yang sadar. Dan prediksi tersebut sekarang benar-benar sedang menimpa sebagian besar umat Islam dan dunia Islam.
Dari segi kehidupan sosial, sebagian besar umat Islam hampir sama dengan mereka. Hiburan yang disukai, mode pakaian yang dipakai, makanan yang dinikmati, film-film yang ditonton, bebasnya hubungan lawan jenis dan lain-lain. Pola hidup sosial Yahudi dan Nashrani melanda kehidupan umat Islam dengan dipandu media massa khususnya televisi.
Dalam kehidupan ekonomi, sistem bunga atau riba mendominasi persendian ekonomi dunia dimana dunia Islam secara terpaksa atau sukarela harus mengikutinya. Riba' yang sangat zhalim dan merusak telah begitu kuat mewarnai ekonomi dunia, termasuk dunia Islam. Lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti IMF, Bank Dunia, WTO dll mendikte semua laju perekonomian di dunia Islam. Akibatnya krisis ekonomi dan keuangan disebabkan hutang dan korupsi menimpa sebagian besar dunia Islam.
Begitu juga pengekoran umat Islam terhadap Yahudi dan Nashrani terjadi dalam kehidupan politik. Politik dibangun atas dasar nilai-nilai sekuler, mencampakkan agama dan moral dalam dunia politik, bahkan siapa yang membawa agama dalam politik dianggap mempolitisasi agama. Begitu buruknya kehidupan politik umat Islam, sampai departemen yang mestinya mencerminkan nilai-nilai Islam, yaitu departemen agama, menjadi departemen yang paling buruk dan sarang korupsi.
WAHN
Buruknya realitas sosial politik umat Islam di akhir zaman disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah saw., beliau bersabda: Dari Tsauban berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kamu, seperti kelompok orang lapar siap melahap makanan". Berkata seorang sahabat, "Apakah karena jumlah kami sedikit pada waktu itu?" Rasul saw. menjawab, "Jumlah kalian pada saat itu banyak, tetapi kualitas kalian seperti buih ditengah lautan. Allah mencabut rasa takut dari musuh terhadap kalian, dan memasukkan kedalam hati kalian penyakit Wahn". Berkata seorang sahabat, "Wahai Rasulullah saw., apa itu Wahn?" Rasul saw. berkata, "Cinta dunia dan takut mati." (H.R. Ahmad dan Abu Daud)
Inilah sebab utama dari realitas umat Islam, yaitu wahn. Penyakit cinta dunia dan takut mati sudah menghinggapi mayoritas umat Islam, sehingga mereka tidak ditakuti lagi oleh musuh, bahkan menjadi bulan-bulanan orang kafir. Banyak umat Islam yang berkhianat dan menjadi kaki-tangan musuh Islam, hanya karena iming-iming dunia. Bangsa Amerika, Israel dan sekutunya menjadi kuat di negeri muslim, karena di setiap negeri muslim banyak agen dan boneka AS dan Israel. Bahkan yang lebih parah dari itu, bahwa agen AS dan Israel itu adalah para penguasa negeri muslim sendiri atau kelompok yang dekat dengan penguasa.
Dunia dengan segala isinya seperti harta, tahta dan wanita sudah sedemikian kuatnya memperbudak sebagian umat Islam sehingga mereka menjadi budak para penjajah, baik AS Nashrani dan Israel Yahudi. Dan pada saat mereka begitu kuatnya mencintai dunia dan diperbudak oleh dunia, maka pada saat yang sama mereka takut mati. Takut mati karena takut berpisah dengan dunia dan takut mati karena banyak dosa. Demikianlah para penguasa dunia Islam diam, pada saat AS membantai rakyat muslim Irak, dan Israel membantai rakyat muslim Palestina.
MENGIKUTI YAHUDI DAN NASHRANI
Kecenderungan yang kuat terhadap dunia atau wahn, menyebabkan umat Islam mengekor dan tunduk patuh kepada dunia barat yang notabenenya dikuasi Yahudi dan Nashrani. Dan ketika umat Islam mengikuti Yahudi dan Nashrani, maka banyak sekali kemiripan dengan meraka. Beberapa kemiripian dan sikap mengekor yang dilakukan umat Islam terhadap Yahudi dan Nashrani, di antaranya:
I. PENYIKAPAN TERHADAP AGAMA (SEKULER)
Kaum Yahudi dan Nashrani bersikap sekuler dalam kehidupan. Mereka mencampakkan agama dari kehidupan sosial politik. Dalam memandang sesuatu, Kaum Yahudi dan Nashrani tidak berdasarkan agama mereka. Ruang lingkup agama dipersempit hanya di tempat-tempat ibadah saja. Sedangkan kehidupan sosial politik jauh dari nilai-nilai agama. Karena mereka meyakini bahwa agama sudah tidak berfungsi lagi untuk memberikan solusi kehidupan.
Gerakan sekuler tumbuh dan berkembang di dunia barat, dan berkembang ke seluruh penjuru dunia seiring dengan datangnya para penjajah barat ke dunia Islam. Maka berkembanglah sekulerisme di dunia Islam. Kehidupan sosial politik di negara-negara Islam jauh dari nilai-nilai ke-Islaman dan sekulerisme begitu sangat kuatnya di dunia Islam.
Sedangkan di Indonesia, sekulerisme sangat mudah dibaca dan sangat transparan. Jika kita melihat partai-partai politik, maka mayoritasnya partai sekuler, sampai partai yang basis masanya ormas Islam sekalipun, masih sangat kental dengan nilai-nilai sekulernya. Sekulerisme begitu sangat dalam masuk dalam sendi-sendi kehidupan sosial politik di Indonesia. Simbol-simbol pemerintahan, pakaian masyarakat, bahasa yang digunakan dll sarat dari nilai-nilai sekulerisme. Sementara dakwah Islam, masih sangat sedikit yang mengajak pada kesempurnaan Islam dan penerapannya dalam kehidupan masyarakat. Dakwah yang dominan di Indonesia adalah dakwah tasawuf yang mengajak pada dzikir yang sektoral, pembinaan dan manajemen hati yang sektoral dan sejenisnya.
II. PENYIKAPAN TERHADAP AL-QUR'AN
Pensikapan sebagian umat Islam terhadap kitab suci Al-Qur'an sebagaimana Yahudi dan Nashrani mensikapi Taurat dan Injil. Kemiripan sikap ini pula menimbulkan fenomena dan dampak yang agak sama yang menimpa antara umat Islam dengan mereka. Beberapa kemiripan tersebut seperti disebutkan dalam informasi Al-Qur'an dan Hadits sbb:
1. Umiyah (Buta Huruf tentang Al-Qur'an)
Allah berfirman, "Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga." (Al-Baqarah 78)
Sifat yang menimpa bangsa Yahudi terkait dengan kitab Tauratnya juga menimpa umat Islam terkait dengan Al-Qur'an, dimana mayoritas umat Islam buta huruf tentang Al-Qur'an, dalam arti tidak pandai membacanya apalagi memahaminya dengan baik.
2. Juz'iyah Al-Iman (Parsial dan Tidak Utuh dalam Mengimani Al-Qur'an)
Allah berfirman, "Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat." (Al-Baqarah 85)
Ayat yang menyebutkan sikap Bani Israil terhadap Taurat ini juga menimpa umat Islam dimana banyak diantara mereka yang beriman pada sebagian ayat Al-Qur'an dan ingkar pada sebagian ayat yang lain. Umat Islam banyak yang beriman pada ayat yang mengajarkan shalat, puasa dan haji, tetapi mereka juga mengingkari ayat atau ajaran lain seperti tidak mengimani pengharaman riba', tidak beriman pada ayat-ayat yang terkait hukum pidana (qishash dan hudud) dan hukum-hukum lain yang terkait dengan masalah politik dan pemerintahan.
3. Ittiba Manhaj Al-Basyari (Mengikuti Hukum Produk Manusia)
"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?"
(QS Al-Maa-idah 49-50)
Inilah musibah terbesar yang menimpa umat Islam di hampir seluruh dunia Islam pada akhir zaman, mereka mengikuti hukum sekuler buatan manusia. Bahkan di negara yang mayoritas penduduknya umat Islam, mereka tidak berdaya bahkan menolak terhadap pemberlakuan hukum Islam. Kondisi ini akan tetap berlangsung sehingga mereka merubah dirinya sendiri, berda'wah dan membebaskan dari semua pengaruh asing yang menimpa umat Islam.
4. Tidak Memahami Kedudukan Al-Qur'an
"Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar." (Al-Israa':9)
Umat Islam tidak mengetahui dan tidak mendudukkan Al-Qur'an sesuai fungsinya. Al-Qur'an yang berfungsi sebagai hidayah untuk manusia yang hidup tetapi banyak diselewengkan, Sebagian umat Islam hanya menggunakan Al-Qur'an terbatas sebagai bacaan untuk orang meninggal dan dibaca saat ada orang yang meninggal. Al-Qur'an yang berfungsi sebagai pedoman hidup hanya ramai di musabaqahkan. Sebagaian yang lain hanya menjadikan Al-Qur'an sebagai kaligrafi yang menjadi hiasan dinding di masjid-masjid atau di tempat lainnya. Sebagian yang lain menjadikan Al-Qur'an sebagai jimat, yang lain hanya menjadi pajangan pelengkap perpustakaan yang jarang dibaca atau bahkan tidak pernah dibaca.
5. Hajr Al-Qur'an (Meninggalkan Al-Qur'an)
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan".
Meninggalkan Al-Qur'an adalah salah satu masalah besar yang menimpa umat Islam. Umat Islam banyak yang meninggalkan Al-Qur'an, dalam arti tidak memahami, tidak membaca, tidak mentadaburi, tidak membaca, tidak mengamalkan dan tidak menjadikan pedoman hidup dalam kehidupan mereka. Umat Islam lebih asyik dengan televisi, koran, majalah, lagu-lagu, musik dan lainnya. Jauhnya umat Islam menyebabkan hinanya mereka dalam kehidupan dunia. Salah satu rahasia kejayaan umat Islam apabila mereka komitmen dengan Al-Qur'an dan menjadikannya pedoman hidup.
III. PENYIKAPAN TERHADAP AHLI AGAMA (KULTUS)
Allah Taala berfirman, "Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (At-Taubah: 31)
Inilah sikap Yahudi dan Nasrani terhadap ahli agama mereka. Dan ternyata banyak dari umat Islam yang mengkultuskan ulama dan kyai dan menempatkan mereka pada posisi Tuhan yang suci dan tidak pernah salah.
Terkait dengan surat At-Taubah 31, diriwayatkan dalam beberapa hadits diantaranya oleh Ahmad, At-Tirmidzi dan At-Tabrani bahwa Adi bin Hatim yang baru masuk Islam datang kepada Rasulullah saw. yang masih memakai kalung salib dan Rasulullah saw. memerintahkan untuk melepaskannya. Kemudian Rasul saw. membacakan ayat tadi. Adi menyanggahnya, "Wahai Rasulullah kami tidak menyembahnya". Tetapi Rasulullah saw menjawabnya, "Bukankah mereka mengharamkan yang dihalalkan Allah dan menghalalkan yang diharamkan Allah?" Betul", kata Adi. Rasul saw. meneruskan, "Itulah ibadah mereka".
Demikianlah pendapat mayoritas ulama jika sudah menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan mentaatinya maka itulah bentuk penyembahan terhadap ahli agama. Dan ini pula yang banyak menimpa umat Islam, mereka mentaati secar buta apa yang dikatakan ulama atau kyai padahal bertentangan dengan Al-Qur'an dan Hadits.
IV. PENYIKAPAN TERHADAP DUNIA (RAKUS)
Penyakit utama Yahudi adalah sangat rakus terhadap dunia, baik harta, kekuasaan maupun wanita sebagaimana direkam dalam Al-Qur'an, Allah Taala berfirman, "Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan". (Al-Baqarah 96)
Penyakit ini pula yang menimpa sebagian besar umat Islam sebagaimana disebutkan dalam hadits wahn. Perlombaan sebagian umat Islam terhadap dunia telah membuat mereka buta dan tuli sehingga menghalalkan segala cara. Inilah fenomena yang terjadi di Indonesia dan sebagian negeri muslim lainnya. Mayoritas penduduknya muslim tetapi menjadi negera terkorup di dunia, paling banyak hutangnya, paling jorok, paling rusak dll. Sungguh sangat jauh antara Islam dan realitas umat Islam.
Di antara dorongan dunia yang paling kuat daya tariknya adalah syahwat wanita. Dan inilah yang sedang menimpa kita. Fenomena seks bebas, pornografi merupakan santapan harian bagi sebagian umat Islam. Dan realitas ini sangat cerdas dimanfaatkan oleh broker seks bebas. Manusia yang sedang rakus dan lahap terhadap syahwat mendapatkan makanan dan pemandangan yang sangat cocok bagi mereka. Lebih ironis lagi orang-orang yang rusak itu dianggap paling berjasa oleh sebagian kyai dan ulama, karena dapat menghibur manusia Indonesia yang lagi stress. Memang manusia Indonesia sedang terkena penyakit dan penyakit itu adalah penyakit hati dan syahwat. Dan mereka memuaskan rasa sakit itu, sebagaimana narkoba memuaskan orang yang sedang kecanduan narkoba itu.
Rasulullah saw. bersabda: Dari Abu Said Al-Khudri ra. Nabi saw. bersabda: " Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah akan menguji kalian, maka Allah akan melihat bagaimana kamu memperlakukan dunia. Hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah yang pertama menimpa Bani Israil adalah pada wanita" (HR Muslim)
V. PENYIKAPAN TERHADAP AKHIRAT (MEREMEHKAN)
Allah SWT. berfirman: Artinya: Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?". (Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya" (QS Al-Baqarah 80-81).
Inilah sikap mereka yaitu Yahudi terhadap akhirat, lebih khusus lagi terhadap neraka. Mereka meremehkan siksa api neraka. Dan ternyata penyakit ini juga banyak menimpa umat Islam. Sebagian umat Islam yang meremehkan siksa api neraka membuat mereka melalaikan kewajiban Islam, seperti menegakkan shalat, zakat, puasa, haji, menutup aurat dll. Pada saat yang sama mereka juga tidak takut berbuat dosa. Inilah fenomena potret umat Islam.
Umat Islam yang melakukan korupsi, suap, manipulasi, dan curang dalam kehidupan politik. Umat Islam yang bertransaksi dengan riba dalam kehidupan ekonomi. Umat Islam yang meramaikan tempat hiburan dan prostitusi dalam keremangan malam, bahkan siang sekalipun. Umat Islam yang memenuhi meja-meja judi disetiap pelosok kota dan negeri. Umat Islam yang banyak menjadi korban narkoba. Umat Islam dan sebagian kaum muslimat yang buka aurat bahkan telanjang ditonton masyarakat. Dan masih banyak lagi daftar kejahatan sebagain umat yang mengaku umat Islam. Dan itulah potret dan realitas umat Islam hari ini.
Dan ketikan umat Islam terus mengikuti pola hidup Yahudi dan Nashrani dan mengekor pada kepentingan mereka, maka akan berakibat sangat buruk yaitu murtad dan jatuh pada jurang kekafiran. Naudzubillahi min dzaalik. Semoga kita diselamatkan dari bahaya tersebut sebagaimana yang Allah ingatkan kepada kita semua: "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman." (Ali Imran: 100)
Karakteristik Masyarakat Islam Dalam Surat Al-Ahzab (5): Kondisi Mujtama’ Islam Saat In
Mungkin kita semua sudah mengetahui, apa yang telah terjadi dan dialami olah masyarakat Islam saat ini. Kita sadar bahwa masyarakat Islam saat ini berada pada titik paling rendah terhadap kemajuan yang telah dihadirkan oleh orang lain, kita menyadari bahwa saat ini mujtama’ Islam saat ini sedang menderita kejumudan, kemalasan bahkan keterbelakangan dari berbagai aspek, sementara Barat berada pada puncak kemajuannya.
Kita juga menyadari bahwa yang dibawa oleh barat telah menjerumuskan umat pada dunia kejahilan sehingga melumpuhkan sendi-sendi kehidupan dan segala sistemnya, dan yang mengherankan seakan umat tidak bisa menolaknya kecuali hanya bisa mengikuti seperti burung beo, tanpa bisa menganalisa mana yang benar dan mana yang salah, mana yang hak dan mana yang bathil, mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga kondisi seperti itu menyebabkan umat tidak mampu menegakkan Islam dalam diri umat, memberikan pencerahan tentang pandangan Islam dalam akal umat, dan tidak membentuk umat seperti gunung yang besar di tengah suatu komunitas manusia seperti yang pernah dialami oleh umat Islam pada masa pertama pembentukannya.
“Umat Islam saat ini seakan berada pada masa jahiliyah seperti masa jahiliyah saat Islam diturunkan bahkan boleh jadi lebih buruk dari masa saat itu, disekitar umat seluruhnya jahiliyah. Cakrawala umat manusia dan akidahnya, adat dan istiadat mereka, sumber ideology, kesenian dan sastra, syariat dan undang-undang bahkan pada tsaqofah Islamiyah, maraji’ Islam, falsafah Islam, dan ideology Islam. Ada yang terbentuk dari jahiliyah.”[1]
Sesungguhnya yang demikian itu merupakan ironi yang sangat memprihatinkan, dan krisis yang memilukan, fenomena keterbelakangan di tubuh umat Islam, yang sumber dan penyebabnya sangat beragam, baik dari luar maupun dari dalam, dan kita tidak bisa membersihkannya kecuali ada tekad dari setiap anggota masyarakat untuk menghadapinya dengan penuh kesungguhan dan upaya yang maksimal.
Penyebab keterbelakangan umat Islam dari luar adalah karena adanya penjajahan barat atas negara Islam semenjak jatuhnya khilafah Islamiyah, barat telah menjadikan mereka bangsa dan negara-negara kecil. Disamping itu mereka juga merampas kekayaan dan melemahkan potensi mereka, dan melakukan berbagai penghadangan pada setiap usaha melakukan kebangkitan yang dilancarkan dan membangun negara berdaulat. Jika ada suatu pergerakan, dan sebagian yang ingin bangkit melawan penjajahan, maka dengan segera mereka -barat- berusaha menghadangnya dengan berbagai rintangan dan cobaan, hingga pada usaha masuknya aksi militer yang kejam, menghancurkan sendi-sendi kebangkitan dan membuat strategi guna membuat kebangkitan tandingan dan pemerintahan boneka yang dibentuk untuk kemaslahatan barat dan melanggengkan kekuasaan para penjajah ditengah pasar dunia.
Adapun penyebab dari dalam adalah karena kejahilan, keterbelakangan, kemalasan dan kelalaian, kelemahan dalam berfikir dan konsep dan mendirikan proyek-proyek dan industri-industri besar, dan hanya bertumpu pada apa yang telah dicapai oleh orang lain hingga pada makanan pokok mereka, sehingga negara Islam (mayoritas penduduknya Islam) dan negara-negara yang kaya akan minyak dan hasil buminya hanya sebagai konsumen pada negara-negara barat, hasil buminya hanya dijadikan untuk bermewah-mewahan dan bermegah-megahan, bangga dengan kemewahan pada bangunan dan ornemen-ornamennya, pada istana dan mobil-mobil mewah dan keluaran terbaru, mencari yang terbaru dan membuang yang lama (kuno) disertai dengan fasilitas yang modern, baik pada kendaraan, pakaian, dan sarana lainnya, juga pada makanan, minuman dan menu-menu yang beragam”.[2]
Atau mungkin –dari sebab keterbelakangan ini- karena umat lalai, telah meninggalkan tugas pokok kita yaitu berda’wah, menyeru kepada Allah, umat belum menyampaikan agama Islam dengan nilai-nilai yang luhur dan mulia ke seluruh penjuru dunia…umat mungkin menjadi propaganda yang paling buruk terhadap Islam, sekalipun memiliki potensi yang besar yang dianugrahkan oleh Allah SWT, namun tetap berada dalam keterbelakangan dalam keilmuan, ekonomi, politik dan demokrasi. Umat tidak berusaha mengambil pelajaran dari Al-Qur’an bagaimana berinteraksi dengan musuh.
Dan kesalahan yang terbesar adalah bahwa seluruh komponen umat belum bisa bertemu dalam satu kata, bersatu dalam sikap sehingga sirna hati umat dari perasaan satu umat dan ruh jamaah.
Atau juga menjadi umat yang paling buruk, karena umat telah meninggalkan untuk bertahkim kepada hukum Allah dan sunnah Nabi Muhammad saw, tidaklah kehinaan yang dialami umat islam saat ini kecuali terjadi secara alami karena meninggalkan syariat Allah, jumlah umat Islam saat ini banyak namun mereka seperti buih yang mengapung diatas air, sungguh benar apa yang disabdakan Rasulullah saw :
يوشك أن تداعى عليكم الأمم كما تتداعى الأكلة إلى قصعتها، قالوا : أمن قلة نحن يومئذ ؟ قال : بل أنتم كثير ولكنكم غثاء كغثاء السيل، ولينزعن الله من صدور عدوكم المهاية منكم، وليقذفن الله في قلوبكم الوهن، فقالوا : يا رسول الله وما الوهن ؟ قال : حب الدنيا وكراهية الموت
“Kelak kalian akan menjadi umat yang diperebutkan seperti halnya orang yang makan berebut pada pinggannya, mereka berkata : apakah saat itu jumlah kami sedikit ? rasul bersabda : kalian saat itu banyak namun kalian seperti buih yang mengalir diatas air. Allah akan mengangkat dari hati musuh kalian kewibawaan dari diri kalian, dan akan ditimpakan dalam diri kalian al-wahn. Mereka berkata : Ya Rasulullah, apa al-wahn itu ? Rasul bersabda : cinta dunia dan takut mati” (Abu Dawud)
Demikianlah, apa yang terjadi pada umat Islam saat ini, dan kondisi kita yang harus kita sadari dan mencari solusi untuk keluar dari krisis yang menyakitkan ini. Berusaha membersihkan diri dari kehinaan dan membeo terhadap umat lainnya dan kembali menjadi umat yang memiliki jati diri yang luhur.
Dari fenomena ini kita harus lebih dahulu membersihkan diri untuk melakukan perubahan, karena Allah SWT berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai mereka merubah diri mereka (lebih dahulu). (Ar-ra’du : 11)
kita harus memulai dari diri kita sendiri, jika kita ingin merubah nasib kita, karena Allah juga tidak akan segan-segan mengganti suatu kaum yang menyimpang pada generasi yang lain, Allah berfirman :
وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ ثُمَّ لا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ
“Jika kalian menyimpang maka (Allah) akan mengganti kalian dengan kaum yang lain dan tidak seperti kalian”. (Muhammad : 38)
saat ini kita memang berharap akan rahmat Allah, maghfirah dan pertolongan-Nya, namun muslim yang sejati juga merupakan kunci dan solusi; keimanannya, akal dan akhlaknya, terhadap dirinya, keluarganya dan Tuhannya, pembelaannya terhadap kebenaran dan berdiri pada barisan yang satu menghadapi kebatilan merupakan sarana yang ampuh untuk melakukan perubahan dan keluar dari krisis.
Walhaq dan ala kulli halin –seperti yang diungkapkan Abul A’la Al-Maududi- rahimakumullah : “Sesungguhnya tidak mungkin akan terjadi kebangkitan Islam yang komprehensip dan paripurna kecuali dengan menancapkan pokok-pokok keimanan di segala aspek kehidupan baik individu maupun kelompok, dan yang dikira –demikian yang tertulis dalam teks asli, semoga yang dimaksud adalah dirasakan- manusia dengan kewajibannya bahwa setiap/segala yang berada ditangannya adalah milik Allah SWT semata, dan memandang bahwa Allah SWT adalah pemilik yang sah dan asli, untuk dijadikan pengetahuan, yang disembah, ditaati, miliknya segala perintah dan larangan, tidak ada pancaran hidayah kecuali Dia, memiliki perasaan ketenangan jiwa dengan penuh kesadaran bahwa setiap penyimpangan dari ketaatan kepada Allah atau tidak membutuhkan/mengharap petunjuk dari-Nya, mensyirikkan yang lain dengan-Nya, terhadap Dzat-Nya dan sifat-Nya serta segala perbuatan dan kehendak-Nya tidak lain kecuali merupakan kesesatan dari segala sisi dan bentuk serta coraknya.
Bahwa bangunan ini –keimanan kepada Allah SWT- tidak mungkin akan kokoh pondasi-pondasinya kecuali jika dalam hatinya memiliki pandangan yang bersih, dan memiliki perasaan yang sempurna dan keinginan yang kuat bahwa segala sesuatu yang ada dalam dirinya adalah milik Allah dan kembali kepada mengharap ridla-Nya, menyerahkan segala apa yang ada dalam dirinya sebagai bagian dari keridlaan dan kebencian, dan menjadikannya tunduk mengharap ridla Allah dan kemarahan-Nya, membersihkan dirinya dari riya dan sombong, mencelupkan segala pandangan, pemikiran, pendapat, inspirasi dan manhaj ideologinya dipelupuk ilmu yang telah diturunkan Allah seperti yang termaktub dalam kitab-Nya. Melepaskan lehernya dari ikatan segala macam ketergantungan dan loyalitas yang tidak tunduk dan taat kepada Allah SWT, bahkan mungkin menghadapkan wajahnya, dan menancapkan kecintaan dan kerinduan kepada Allah di dalam hatinya, juga menafikan diri dari lubuk hatinya yang dalam terhadap segala berhala yang menyamai kebesaran Allah dan keagungan-Nya, serta memancarkan kecintaan dan kemarahannya, kesetiaan dan permusuhannya, kesenangan dan kebenciannya, berdamai dan berperangnya…, dalam rangka mengharap ridla Allah SWT, sehingga dirinya tidak pernah ridla kecuali terhadap apa yang diridlai Allah dan membenci kecuali yang dibenci oleh Allah SWT”.[3]
Wallahu a’lam bisshowab.
KEADAAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA SEKARANG INI
oleh Moch Abiet Qosim Bcr pada 27 Oktober 2010 jam 18:25
KEADAAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA SEKARANG INI
Telah kita ketahui bahwa usha pendidikan Islam sama tujuannya dengan Islam itu sendiri, dan pendidikan Islam tidak terlepas dari sejarah Islam pada umumnya. Karena itulah, periodesasi sejarah pendidikan Islam berada dalam periode-periode sejarah Islam itu sendiri.Pendidikan Islam tersebut pada dasarnya dilaksanakan dalam upaya menyahuti kehendak umat Islam pada masa itu dan pada masa yang akan datang yang dianggap sebagai kebutuhan hidup (need of life). Usaha yang dimiliki, apabila kita teliti atau perhatikan lebih mendalam, merupakan upaya untuk melaksanakan isi kandungan Al-Qur'an terutama yang tertuang pada surat Al-Alaq: 1-5. Sebagimana hanya Islam yang mula-mula diterima Nabi Muhammad SAW. Melalui Malaikat jibril di gua Hira. Ini merupakan salah satu contoh dari opersionalisasi penyampaian dari pendidikan tersebut.Prof. Dr. Harudn Nasution, secara garis besar membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode, yaitu perode klasik, pertengahan, dan modern.Selanjutnya, pembahasan tentang lintasan atau periode sejarah pendidikan Islam mengikuti penahapan perkembangan sebagai berikut:1. Periode pembinaan pendidikan Islam, berlangsung pada masa nab Muhammad SAW. Selama lebih kurang dari 23 tahun, yaitu sejak beliau menerima wahyu pertama sebagai tanda kerasulannya sampai wafat.2. Periode pertubuhan pendidikan, berlangsung sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Sampai dengan akhir kekuasaan Bani Umaiyah, yang diwarnai oleh penyebaran Islam ke dalam lingkungan budaya bangsa di luar bangsa Arab dan perkembangannya ilmu-ilmu naqli3. Periode kejayaan pendidikan Islam, berlangsung sejak permulaan Daulah bani Abbasiyah sampai dengan jatuhnya kota Bagdad yang diwarnai oleh perkembangan secara pesat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam serta mencapai puncak kejayaannya.4. Tahap kemuduran pendidikan berlangsung sejak jatuhnya kota Bagdad sampai dengan jatuhnya Mesir oleh Napoleon sekirat abad ke-18 M. yang ditandai oleh lemahnya kebudayaan Islam berpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan dan peradaban manusia ke dunia Barat.5. Tahap pembaharuan pendidikan Islam, berlangsungnya sejak pendudukan Mesir Oleh Napoleon pada akhir abad ke-18 M. sampai sekarang, yang di tandai oleh masuknya unsur-unsur budaya dan pendidikan modern dari dunia Barat ke dunia Islam.Sementara itu, kegiatan pendidikan Islam di Indonesia lahir dan tumbuh serta berkembang bersamaan dengan masuk dan berkembangnya islam di Indonesia. Sesungguhnya kegiatan pendidikan Islam tersebut merupakan pengalaman dan pengetahuan yang penting bagi kelangsungan perkembangan Islam dan umat Islam, baik secara kuantitas maupun kualitas.Pendidikan Islam itu bahkan menjadi tolak ukur, bagaimana Islam dan umatnya telah memainkan perananya dalam berbagai aspek sosial, politik, budaya. Oleh karena itu, untuk melacak sejarah pendidikan Islam di Indonesia dengan periodisasinya, baik dalam pemikiran, isi, maupun pertumbuhan oraganisasi dan kelembagaannya tidak mungkin dilepaskan dari fase-fase yang dilaluinya.Fase-fase tersebut secara periodisasi dapat dibagi menjadi;1. Periode masuknya Islam ke Indonesia2. Periode pengembangan dengan melalui proses adaptasi3. Periode kekuasaan kerajaan-kerajaan Islam (proses politik)4. Periode penjajahan Belanda (1619 – 1942)5. Periode penjajahan Jepang (1942 – 1945)6. Periode kemerdekaan I Orde lama (1945 – 1965)7. Periode kemerdekaan II Orde Baru/Pembangunan (1966- sekarang)
BACAAN KETIKA KELUAR DARI RUMAH16- بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.16. “Dengan nama Allah . Aku bertawakkal kepadaNya dan tiada daya dan upaya kecuali krn pertolongan Allah”. (25)17- اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ، أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ، أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ.17. “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu jangan sampai aku sesat atau disesatkan berbuat kesalahan atau disalahi menganiaya atau dianiaya dan berbuat bodoh atau dibodohi”. (26)(25) HR. Abu Dawud 4/325 At-Tirmidzi 5/490 dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/151. (26) HR. Seluruh penyusun kitab Sunan dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/152 dan Shahih Ibnu Majah 2/336.11- BACAAN APABILA MASUK RUMAH18- بِسْمِ اللهِ وَلَجْنَا، وَبِسْمِ اللهِ خَرَجْنَا، وَعَلَى رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا، ثُمَّ لِيُسَلِّمْ عَلَى أَهْلِهِ.18. “Dengan nama Allah kami masuk dgn nama Allah kami keluar dan kepada Tuhan kami kami bertawakkal”. Kemudian mengucapkan salam kepada keluarganya. (27)(27) HR. Abu Dawud 4/325dan Al-‘Allamah Ibnu Baaz berpendapat isnad hadits tersebut hasan dalam Tuhfatul Akhyar no. 28. Dalam Kitab Shahih: “Apabila seseorang masuk rumahnya lalu berdzikir kepada Allah ketika masuk rumah dan makan syaitan berkata ‘Tiada tempat tinggal dan makanan bagi kalian ’.” Muslim no. 2018. sumber : Kitab Hisnul Muslim - Kumpulan Doa dan Dzikir Dari Al Quran dan As Sunnah, Said bin Ali Al Qathani dalam ebook DzikirWirid.chm oleh akhukum fillah La Adri A
Diambil dari: Buletin Al-Islam Edisi 408
Prihatin. Itulah rasa yang ada menyaksikan kondisi umat Islam saat ini. Rakyat tengah mengalami keterpurukan ekonomi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Berbagai penolakan terus terjadi dimana-mana. Pada 1 Juni 2008 siang berlangsung demo penolakan kenaikan BBM di depan Istana Negara Jalan Medan Merdeka Utara yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan dihadiri oleh berbagai ormas. Sebagaimana dimuat berbagai media massa, acara tersebut berlangsung damai.
Namun, pada saat yang hampir bersamaan terjadi ‘Insiden Monas’, yaitu bentrokan antara Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) dengan massa yang beratribut Front Pembela Islam (FPI) di Lapangan Silang Monas ke arah Jalan Medan Merdeka Selatan. Belakangan dibantah bahwa yang bentrok itu bukanlah FPI melainkan Komando Laskar Islam (KLI).
Berbagai kecaman langsung bermunculan mulai dari Presiden, politisi, dan sebagian tokoh. Reaksi demikian muncul karena adanya pemberitaan tentang aksi kekerasan yang terjadi. Padahal tidak ada asap kalau tidak ada api.
Provokasi
Pakar komunikasi Universitas Hasanuddin, Aswar Hasan, mengatakan, bentrokan antara FPI dan AKKBB adalah efek dari “kekerasan simbolik” yang selama ini terjadi. Aksi-aksi sporadis kalangan liberal–seperti melecehkan MUI dan merendahkan wibawa ulama (ingat pelecehan dan penghinaan Adnan Buyung kepada KH Ma’ruf Amien, tokoh NU dan Ketua MUI di Radio BBC beberapa waktu lalu)–selalu mendapat tempat terhormat di media massa dan TV. “Jadi, sesungguhnya ‘kekerasan simbolik’ itu sudah lama dilakukan kalangan liberal terhadap kalangan Islam yang lain,” ujar Aswar (Hidayatullah.com, 2/6/2008).
AKKBB merupakan kelompok yang giat membela Ahmadiyah. Padahal Ahmadiyah telah dinyatakan sesat oleh berbagai organisasi seperti keputusan Majma’ al-Fiqih al-Islami Organisasi Konferensi Islam (OKI) tahun 1985, Fatwa MUI tentang Ahmadiyah tahun 2005, termasuk Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Bahkan Badan Koordinasi Pengawas Kepercayaan dan Keyakinan Masyarakat (Bakorpakem) pada 16 April 2008 menetapkan Ahmadiyah sebagai aliran yang menyimpang dari Islam. Namun, surat Keputusan Bersama (SKB) tentang pelarangan Ahmadiyah belum juga dikeluarkan oleh Pemerintah. Sementara itu, AKKBB terus berusaha mencegah keluarnya SKB tersebut.
Di tengah situasi psikologis seperti itu, setidaknya sejak 15 Mei 2008, terpampang iklan petisi di situs resmi AKKBB, yang disebar ke berbagai milis, dan akhirnya dirilis di beberapa media massa nasional mulai tanggal 26 Mei 2008. Petisi bertajuk “Mari Pertahankan Indonesia Kita!” itu dikoordinasikan oleh ICRP dan Aliansi Bhineka Tunggal Ika dan disebar di beberapa milis di Indonesia. Sebagaimana diketahui, Aliansi Bhineka Tunggal Ika adalah kelompok yang pernah menggerakkan kalangan lesbian, homo, para pelacur dan penyanyi dangdut untuk menyampaikan sikap penolakan terhadap Rancangan Undang-undang (RUU) Anti Pornografi dan Pornoaksi (APP). Dilihat dari pendukungnya pun terdiri dari ideolog sosialis, aktivis Ahmadiyah, sebagian warga non-Muslim dan kaum liberal.
Iklan petisi tersebut berisi pembelaan terhadap Ahmadiyah. Bukan hanya itu, petisi itu juga berusaha mengadu-domba umat Islam dengan Pemerintah dengan menyatakan, “Kami menyerukan, agar Pemerintah, para wakil rakyat, dan para pemegang otoritas hukum untuk tidak takut terhadap tekanan yang membahayakan ke-Indonesia-an itu.”
Provokasi terus terjadi. Majalah Tempo edisi 5-11 Mei 2008 menulis, “Kecemasan di mana-mana. Ketakutan merajalela. Majelis Ulama Indonesia harus bertanggung jawab atas semua ini.” Di bagian lain Tempo menulis, “Majelis Ulama sudah selayaknya meminta maaf kepada warga Ahmadiyah. Menjatuhkan fatwa sesat pada aliran itu berarti memberikan lampu hijau kepada gerombolan penyerang Ahmadiyah untuk bertindak anarkistis.”
Ingat, pemilik majalah Tempo adalah Goenawan Mohamad yang juga penggiat AKKBB dan apel akbar. Kalau bukan provokasi terhadap umat Islam, lantas untuk apa tulisan menghina ulama itu?
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol. Heru Winarko mengatakan kepada media massa pada 1 Juni 2008 bahwa AKKBB menurut rencana hanya berdemo di Cempaka Barat, lalu ke depan Kedubes AS, dan berikutnya ke Bundaran Hotel Indonesia. Di ketiga tempat tersebut polisi sudah menyiapkan pengamanan. Di Monas, mereka tidak meminta pengamanan. “Tapi, mengapa mereka malah masuk Monas?” ujarnya.
Ada keanehan di sini. Selain itu, Juru Bicara Ahmadiyah Mubarik mengatakan, sebenarnya dia sudah memperkirakan akan terjadinya insiden tersebut. Namun, dia mengaku enggan untuk membatalkan rencana aksinya (Hidayatullah, 2/6/2008).
Bukankah ini berarti pembiaran terjadinya insiden tersebut? Lebih dari itu, seorang anggota AKKBB tertangkap kamera membawa pistol dalam Insiden Monas. Dalam konferensi KLI diputar sebuah video yang memperlihatkan seorang peserta aksi berkaos putih, dengan sebuah pita merah putih di lengan kirinya, sempat mengeluarkan sebuah senjata api. (Hidayatullah, 2/6/2008). Lebih dari itu, menurut pengakuan peserta dari FPI, ada provokasi dari panitia (Detik.com, 3/6/2008).
Berdasarkan hal tersebut, benar apa yang dikatakan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amidhan bahwa insiden di Silang Monas tersebut tidak serta-merta kesalahan massa beratribut FPI saja. Amidhan menilai apa yang selama ini dilakukan AKKBB juga amat provokatif alias memancing-mancing kemarahan umat Islam. Salah satunya adalah tindakan AKKBB yang menyertakan wakil-wakil agama lain selain agama Islam untuk ikut-ikutan membela kelompok sesat Ahmadiyah (Eramuslim, 2/6/08).
Pertanyaannya adalah mengapa Pemerintah dan DPR begitu sigap bersikap dalam insiden tersebut tetapi cenderung abai terhadap SKB pelarangan Ahmadiyah? Kalau terhadap mereka yang luka fisik dalam insiden Monas pemerintah dengan sigap bereaksi, tentu saja seharusnya pemerintah lebih sigap lagi terhadap persoalan Ahmadiyah yang telah menodai ajaran Islam dan melukai perasaan jutaan umat Islam.
KH Hasyim menyatakan, “Sebenarnya, masalah Ahmadiyah ini bukan masalah kebebasan beragama dan berkeyakinan, tetapi masalah penodaan agama tertentu, dalam hal ini adalah Islam.” Beliau juga menyesalkan sikap Pemerintah yang tidak tegas terhadap persoalan Ahmadiyah. (Republika.co.id, 3/6/2008).
Rois Syuriah PWNU Jawa Timur, KH Miftahul Akhyar, juga menyatakan insiden Monas membuktikan SKB Ahmadiyah mendesak dikeluarkan (RCTI, 3/6/2008).
Menghancurkan Islam
Melihat pola masa lalu, insiden seperti ini akan melahirkan beberapa hal.
Pertama: pengalihan isu. Semula isu yang dominan adalah tuntutan kenaikan harga BBM dan pembubaran Ahmadiyah yang telah dinyatakan menyimpang oleh Bakorpakem. Kini, isu seakan bergeser menjadi isu pembubaran ormas Islam tertentu. Ketua Lembaga Penyuluh Bantuan Hukum PBNU, M Sholeh Amin mengingatkan jangan sampai pengalihan isu demikian dibiarkan. (Republika.co.id, 3/6/2008).
Kedua: stigmatisasi ormas Islam. Dari banyak komentar dan opini media massa digambarkan betapa buruknya wajah kaum Muslim yang sebenarnya justru membela kemurnian akidahnya.
Ketiga: menghancurkan organisasi Islam yang secara terbuka menentang pornografi-pornoaksi, kemungkaran, dan syariah Islam. Lihatlah, pasca Insiden Monas, Adnan Buyung Nasution dan Goenawan Mohamad menuntut pembubaran beberapa ormas Islam yang tidak terkait sama sekali dengan insiden tersebut. Bahkan mereka mendesak Menteri Hukum dan HAM untuk mengajukan permohonan ke pengadilan lalu meminta hakim untuk membubarkan Majelis Ulama Indonesia (Hidayatullah.com, 2/6/2008).
Tuntutan serupa pernah dilontarkan saat Munas MUI mengeluarkan fatwa haramnya sekularisme, liberalisme dan pluralisme; bahkan saat isu pornografi-pornoaksi. Padahal MUI tidak terlibat dalam insiden tersebut.
Jadi, yang sedang terjadi sebenarnya adalah upaya membungkam orang dan organisasi yang secara tegas menyuarakan Islam. Lantas siapa yang diuntungkan? Tentu, mereka yang tidak menginginkan Islam kuat dan mereka yang tidak menginginkan Indonesia kuat. Mereka ingin putra-putri negeri Muslim terbesar ini terus porak-poranda. Mereka yang diuntungkan adalah kaum kafir imperialis dan para kompradornya. Menarik dicatat, sebagian tokoh pendukung Ahmadiyah itu adalah para tokoh penting di balik Reformasi 1998 yang mendapat bantuan dana 26 juta dolar AS dari USAID untuk menjalankan agenda AS. Bantuan dana ini dapat dilihat dalam The New York Times (20 Mei 1998). Bahkan, salah satu rekomendasi The Rand Corporation dalam menundukkan Islam adalah mencegah aliansi antara kaum tradisionalis dan kaum fundamentalis. Caranya adalah dengan mengadu-domba.
Karena itu, sungguh bijak pernyataan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi Hasyim yang menyesalkan penggunaan dan pelibatan nama NU dan kelompok NU dalam masalah ini. “Karena relevansinya tidak ada antara NU dan Monas, NU dan FPI. Tapi, kenapa lalu ditulis korban itu adalah orang NU?” ujarnya. Oleh karena itu, KH Hasyim mengingatkan pihak-pihak yang ingin menggiring NU, terutama badan otonom NU seperti GP Ansor, Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa, Lakpesdam NU agar menghentikan provokasinya. (Detik.com, 3/6/2008).
Wahai kaum Muslim:
Hendaknya kita tidak mudah terprovokasi dan diadu-domba oleh kafir penjajah yang memang sangat ingin memecah-belah kesatuan umat Islam. Kita pun jangan sampai terdorong untuk memprovokasi dan mengadu-domba sesama Muslim karena Rasulullah saw. bersabda:
Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu-domba (Mutaffaq ‘alaih).
Rasulullah saw. teladan kita pun telah mengingatkan, bahwa umat Islam tidak akan pernah hancur oleh kekuatan luar yang berasal dari musuh-musuh Islam, kecuali ketika kita sudah saling menghancurkan satu sama lain:
Sungguh, aku telah memohon kepada Tuhanku bagi umatku agar mereka tidak binasa karena wabah kelaparan dan agar musuh dari kalangan selain mereka sendiri tidak dapat menguasai mereka hingga masyarakat mereka terjaga. Sungguh, Tuhanku kemudian berfirman, “Wahai Muhammad, sesungguhnya jika Aku telah menetapkan suatu putusan maka putusan itu tidak dapat ditolak. Sungguh, Aku telah memberimu bagi umatmu bahwa mereka tidak dibinasakan oleh wabah kelaparan dan musuh selain dari kalangan mereka tidak dapat menguasai mereka sehingga masyarakat mereka terjaga sekalipun dikepung dari berbagai penjuru, hingga mereka saling menghancurkan satu sama lain dan saling menawan satu sama lain.” (HR Muslim).
kondisi umat islam saat ini
Umat Islam saat ini berada pada kondisi yang sedang terpecah-belah. Terpecah belah ini juga terjadi bukan karena sebuah sebab yang esensi, akan tetapi akibat sebuah hal yang tidak menjadi hal yang hakiki. Sebutlah permasalahan shalat ied yang selalu jadi bahan pembicaraan selama beberapa tahun ini terutama di Indonesia. Ketidaksanggupan negara timur tengah untuk membantu tetangga nya yakni palestina semakin memberi gambaran bahwa rasa persaudaraan dalam naungan aqidah ini tidak teraplikasikan dengan baik.
Perkembangan dakwah Islam di Indonesia yang kian menunjukkan grafik peningkatan dari segi visual. Maksudnya adalah secara tampilan kasat mata Islam di Indonesia mengalami banyak kemajuan. Hal ini bisa dilihat dengan banyaknya muslimah yang berjilbab, buku-buku Islam yang dijual dimana-mana. Kebebasan untuk berdakwah dan berbagai kemudahan lainnya. Akan tetapi sebagaiman manusia, masyarakat yang terdiri dari manusia memiliki sebuah inti yang dikenal dengan hati. Hati di sini adalah isi atau core dari masyarakat itu sendiri yang dituangkan dalam akhlaq masyarakat secara umum. Bukan hal aneh lagi melihat banyaknya kemaksiatan yang dipublikasikan secara massal, dan menjadi sebuah barang dagangan yang laku dengan mempublikasikan kemaksiatan itu sendiri.
Posisi Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbanyak di dunia serta sebagai negara yang mempunyai sistem pemeritahan demokrasi ini memberikan sebuha tuntutan baru bagi para aktifis dakwah dalam beramal. Pencapaian posisi gerakan Islam yang diterima oleh masyarakat umum dan membangun iklim demokrasi yang kondusif menjadi sebuah kebutuhan bagi kita semua. Gerakan Islam di Indonesia berkembang pesat dan tidak ada intervensi dari negara terkait perkembangan ini kecuali gerakan yang tidak sesuai aqidah yang lurus tentunya. Sehingga pembentukan gerakan Islam yang solid dan militan merupakan hal yang sangat mungkin dijalankan di Indonesia. Sedangkan sistem demokrasi merupakan sistem yang saat ini berkembang di pemerintahan Indonesia. Memurnikan kembali makna demokrasi dengan betul-betul menjadikan rakyat terlibat dalam keputusan kenegaraan dan menghapus rezim yang tidak adil adalah sebuah tujuan jangka pendek kita. Pemerintah haruslah diingatkan dengan cara yang baik agar pemerintahan yang baik dapat berjalan di Indonesia.
Dengan adanya gerakan Islam yang terorganisir dengan baik, diharapkan bisa ikut serta dalam proses pengambilan politik kenegaraan, baik eksekutif maupun legislatif agar posisi ini diisi oleh orang-orang yang berkompeten secara kafaah Ilmiy maupun Islam. Dengan keterlibatan dalam pengambilan kebijakan ini, pemerintahan bisa dijadikan wasilah atau kendaraan untuk mengamankan dan mendorong dakwah berkembang di Indonesia. Akan tetapi proses kebijakan top down dengan menggunakan intervensi struktural tidak akan begitu saja bisa berjalan dengan baik tanpa perubahan kultural di Indonesia.
Iklim demokrasi yang baik juga akan berdampak pada artikulasi kekuatan umat. Kekuatan umat disini menjurus kepada umat Islam sebagai sebuah kesatuan dengan landasan aqidah dan dinaungi oleh seorang amirul mukminin yang adil. Kebebasan berdakwah di negara yang berdemokrasi akan sangat dihargai dan tidak ada intervensi dari pemerintah. Indonesia saat ini memang sudah mencapai tahapan dimana Intervensi pemerintah sudah minim, akan tetapi intervensi terhadap agenda dakwah seringkali terintervensi oleh warga atau masyarakat yang antipati oleh Islam.,Serta percepatan pembangunan akar dakwah, dengan pendekatan kultural dari masyarakat. Pembentukan akar dakwah yang kuat akan menjadikan masyarakat menjadikan Islam sebagai sebuah sistem dan tata nilai kehidupan, atau norma dengan istilah lain. Kekuatan ini akan menimbulkan kearifan lokal yang di masa yang akan datang akan sulit di intervensi. Setelah kekuatan intervensi struktural dan kekuatan kearifan lokal kultural masyarakt terbentuk, maka pembentukan masyarakat Islami di Indonesia menjadi sebuah keniscayaan.
Tantangan yang ada di Indonesia saat ini bagaikan sebuah momen ujian bagi gerakan islam dalam menjalankan amanah dakwahnya. Kebersatuan umat saat ini menjadi prioritas yang harus didahulukan dan masa ujian ini sebetulnya menjadi sebuah perjuangan untuk para aktifis dakwah dalam menjalankan agenda reformasi di Indonesia. Reformasi yang terjadi di semua lini kehidupan tentunya. Perubahan sistem hukum yang adil dan tidak memihak, perubahan sistem politik yang bersih dan memihak rakyat, perubahan sistem sosial yang tidak berkesenjangan dan sejahtera, perubahan sistem ekonomi yang berbasis potensi lokal,serta reformasi akhlaq dan pendidikan yang membuat para pelajar memiliki budi pekerti untuk membungkus kemampuan kelimuan yang dimilikinya.
Islam di turunkan untuk semua manusia, dan menjadi hakekat dakwah bersifat internasional, atau tidak dibatasi dengan batas administratif teritorial negara. Salah satu model gerakan Islam adalah dengan kerja sama, dengan bekerja sama kekuatan ini bisa lebih kuat serta dengan jaringan yang solid gerakan dakwah akan bisa lebih masif. Kerjasama bersifat internasional ini bisa dengan antar negara islam agar gerakan dakwah bisa lebih kongkrit, dan terdengar gaung serta terasa perubahannya secara global. Dengan kekuatan jaringan yang kuat ini diharapkan pula dapat mengurangi tekanan penguasa terhadap gerakan Islam diberbagai negara. Gerakan masif dan terstruktur dengan baik dibawah naungan aqidah ini bisa dijadikan awal mula gerakan kerjasama untuk perubahan masyarakat secara Internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar