kasih makan ikan dulu!

Selasa, 05 April 2011

minyak atsiri

KATA PENGANTAR



Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Minyak Atsiri Gandapura dan Mawar” .



Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi minyak atsiri yang diampu oleh Ibu Nur Hidayati. Terselesaikannya makalah ini juga tidak lepas dari dukungan, dorongan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui mkalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak dalam penulisan makalah ini, terutama kepada:



1. Ayah dan Ibu kami yang senantiasa mendoakan atas kesuksesan kami.

2. Ibu Nur Hidayati selaku dosen pengampu mata kuliah teknologi minyak atsiri yang selalu memberikan bimbingan kepada kami, dan

3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Hanya sang maha mutlaklah yang mampu mendengar dan membalas atas kebaikan dari pihak-pihak tersebut.



Dalam penyelesaian makalah ini penulis menyadari adanya kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu nasehat serta kritik dan saran selalu penulis terima dan harapkan demi proyeksi perbaikan makalah ini ke depan. Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan.







Surakarta, 10 Oktober 2010





Penulis


A. Minyak Atsiri Gandapura



1. Klasifikasi Tanaman

Tanaman gandapura dalam ilmu taksonomi diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Ericales
Famili : Ericaceae

Genus : Gaultheria
Spesies : Gaultheria fragrantissima

Tanaman gandapura banyak dikenal di Jawa dengan sebutan kakapasan, kaworo, regula, rewulow, waron, kastore, atau bukal, sedangkan di Sumatera orang menyebutnya sebagai gandapura. Kesturi merupakan tanaman semak berumur panjang yang tumbuh tegak, bercabang sedikit dan memiliki tinggi 0,5 m – 2,5 m dengan batang bulat berambut kasar. Kapasan dapat ditemukan tumbuh liar di tempat-tempat terbuka, tanah kososng atau tersebar di kebun-kebun sampai ketinggian 650 m di atas permukaan laut. Daunnya tunggal bertangkai panjang, helaian daun berbagai lima yang sangat dalam dengan panjang 6 cm – 22 cm, kedua permukaan berambut kasar, bertulang menjari, tepi bergerigi, berujung rincing dan berwarna hijau.

Gandapura merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup potensial. Tanaman ini dapat tumbuh pada dataran tinggi, 1.300 – 3.300 m dpl., (Oyen dan Dung, 1999) dan belum dikembangkan secara ekonomis karena belum tersedia teknologi budidayanya yang tepat. Selama ini, daun dipanen dari tumbuhan di daerah pegunungan yang ada di Jawa Tengah, terutama dari gunung Lawu, Tawangmangu.

Secara tradisional, tanaman ini dimanfaatkan untuk analgesik, karminatif, diuretik, mengobati rematik, mencegah kerontokan rambut, antiseptik dan antelmintik. Dalam industri, digunakan sebagai campuran untuk pewangi dalam pembuatan minuman, parfum, obat, permen dan pasta gigi (Oyen dan Dung, 1999). Bahkan daun yang telah difermentasi dapat dibuat sebagai teh herbal (Oyen et al., 1999). Daun yang masih segar mempunyai bau yang sangat aromatis sehingga tanaman aromatis yang mengandung atsiri bisa dimanfaatkan dalam bidang aromaterapi, farmasi, kosmetik dan parfum (Shiva et al., 1996).

Sementara karakteristik dari bahan baku yang akan diproses untuk menghasilkan minyak adalah seperti yang ditunjukkan dalam table berikut:


2. Sentra Budidaya

Negara penghasil wintergreen adalah Kanada dan Amerika Serikat, yang tumbuh tersebar di daerah Newfounland, Manitoba, Minnesito sampai George dan Alabama. Sedangkan di Indonesia tanaman gandapura banyak ditemukan di sekitar hutan seperti gunung Dieng / gunung Lawu, Jawa Tengah.


3. Syarat Tumbuh

Tanaman wintergreen lebih sesuai tmbuh di daerah yang berhawa dingin dan tanah berpasir, terutama bila dinaungi belukar dan pohon. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa tumbuhan gandapura dapat hidup atau tumbuh di tempat-tempat terbuka, tanah kososng atau tersebar di kebun-kebun sampai ketinggian 650 m di atas permukaan laut.


4. Pemanenan dan pasca panen

Terna gandapura diperoleh dengan cara mencari di sekitar hutan, (banyak di gunung Dieng / gunung Lawu, Jawa Tengah) secara selektif artinya memetik daun dan ranting yang sudah tua (hijau kecoklatan) dengan meninggalkan bagian tanaman yang masih muda (daun dan ranting berwarna merah kehijauan). Pada satu tanaman diambil 2/3 bagian tanaman, dan sisanya dibiarkan untuk tumbuh berkembang lebih lanjut.

Musim pencarian terna gandapura dilakukan hanya 8 bulan dalam setiap tahun, yakni pada akhir musim hujan sampai awal musim hujan (Februari-September). Dengan demikian tanaman gandapura dapat berkembang biak atau setidaknya tanaman gandapura yang sudah diambil sebagian ternanya dapat bertunas kembali selama musim penghujan (4 bulan).

Pengeringan terna gandapura dilakukan selama 2-3 hari. Kemudian terna dicacah dan disuling pada hari ke-4. Waktu penyulingan pada umumnya dilakukan sore hari sampai dini hari (± 8-10 jam).



5. Teknik Pengambilan Minyak Atsiri

Beberapa metode yang dikemukakan dalam pengambilan minyak atsiri tanaman gandapura adalah sebagai berikut:

a. dengan maserasi kemudian disteam destilasi dari daun Gaultheria procumbens Linne (familia : Ericaceae) atau dari kulit pohon Belula lenta Linne (familia : Betulaceae).

b. destilasi dari Wintergreen (familia : G. procumbens) dipotong kecil-kecil biarkan 12 jam dalam air lalu minyak dipisahkan dengan steam.

Minyak gandapura dihasilkan dari daun dan gagang tanaman gandapura (Gaultheria sp.) melalui proses penyulingan. Sementara penyulingan minyak gandapura lokal masih dilakukan secara kecil-kecilan menggunakan alat yang sangat sederhana. Dalam percobaan ini, Pembuatan ekstrak menggunakan 3 jenis pelarut, yaitu metanol, etil asetat dan heksan. Daun gandapura mengandung minyak atsiri sekitar 1,2%, bila disuling dalam keadaan segar kadar minyaknya hanya 0,5 – 0,8%, tetapi bila telah dikeringkan dapat mencapai 1% (Heyne, 1987).

Hasil ekstraksi dari masingmasing pelarut juga menunjukkan adanya perbedaan, yaitu rendemen ekstrak tertinggi dihasilkan oleh ekstrak methanol (12,50%) yang bersifat polar, diikuti oleh ekstrak etil asetat (3,76%) dan heksan (1,99%).

Penyulingan dilakukan secara uap dan air dengan lama penyulingan 6 jam. Mutu bahan baku dianalisis, sesuai ketentuan Materia Medika Indonesia (Depkes, 1989) terutama dalam penentuan kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut asam, kadar sari yang larut dalam air dan alkohol.

Proses lama pelayuan ternyata berpengaruh terhadap kadar minyak atsiri yang dihasilkan (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa proses pelayuan akan menguapkan air dan minyak secara bersamaan, sehingga semakin lama waktu pelayuan akan menurunkan kadar air dan minyak yang dihasilkan. Hal ini berarti bahwa sebaiknya daun dilayukan tidak terlalu lama. Bila daun disuling dalam keadaan segar maka kadar minyak yang dihasilkan terlalu kecil, yaitu hanya 0,1% (Heyne, 1987). Selain itu, lama pelayuan juga akan berpengaruh terhadap kadar metil salisilat. Kualitas minyak atsiri sangat ditentukan oleh kandungan metil salisilatnya sebagai komponen utama, semakin tinggi kadarnya akan semakin baik kualitas minyak tersebut.


6. Nama Dagang dan Kegunaan

Nama dagang minyak yang dihasilkan dari penyulingan daun gandapura adalah wintergreen, : Methyl Salicylate / Wintergreen oil / minyak gandapura / Gaultheria oil / Betula oil / Oleum betulae.

Kegunaan dari minyak gandapura adalah dalam produk makanan, penambahannya tidak boleh terlalu berlebihan, karena minyak bersifat sangat toksik. Persyaratan yang dianjurkan adalah 0,04% atau untuk campuran permen sekitar 0,2 – 0,5 mg/100 mg (Oyen dan Dung, 1999). Produk-produk obat gosok, terutama untuk pegal-pegal dan rematik yang menggunakan minyak gandapura sebagai bahan campuran utama telah banyak beredar (Anonim, 2002).
Cara penggunaan minyak atsiri bisa dalam bentuk kompres (4 – 5 tetes atau 0,20 – 0,25 ml dicampur dengan air hangat atau dingin sebanyak sekitar 200 ml), minyak untuk pijat (12 – 15 tetes atau 0,60 – 0,75 ml) dalam 30 ml minyak almon) dan lotion (25 tetes atau 0,25 ml minyak dalam 60 g lotion netral (Anonim, 2003). Selain itu, minyak atsiri gandapura bisa dimanfaatkan juga sebagai insektisida atau insek repellent. Metode ekstraksi terhadap minyak atsiri akan berpengaruh terhadap rasa, aroma, kenampakan dan komposisi kimia dari produk, seperti minyak hasil penyulingan mempunyai bau dan aroma yang berbeda dengan minyak hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik (Ravid et al., 1983).



B. Minyak Atsiri Mawar


1. Klasifikasi Tanaman Mawar

Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), mawar diklasifasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rosanales

Famili : Rosaceae

Genu : Rosa

Species : Rosa damascena Mill., R. multiflora Thunb., R. hybrida Hort., dll.

Spesies mawar umumnya merupakan tanaman semak yang berduri atau tanaman memanjat yang tingginya bisa mencapai 2 sampai 5 meter. Walaupun jarang ditemui, tinggi tanaman mawar yang merambat di tanaman lain bisa mencapai 20 meter. Sebagian besar spesies mempunyai daun yang panjangnya antara 5-15 cm, dua-dua berlawanan (pinnate). Tiap tangkai memiliki daun majemuk yang terdiri dari paling sedikit 3 atau 5 hingga 9 atau 13 anak daun dan daun penumpu (stipula) berbentuk lonjong, pertulangan menyirip, tepi tepi beringgit, meruncing pada ujung daun dan berduri pada batang yang dekat ke tanah.

Mawar sebetulnya bukan tanaman tropis, sebagian besar spesies merontokkan seluruh daunnya dan hanya beberapa spesies yang ada di Asia Tenggara yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun.

Bunga terdiri dari 5 helai daun mahkota dengan perkecualian Rosa sericea yang hanya memiliki 4 helai daun mahkota. Warna bunga biasanya putih dan merah jambu atau kuning dan merah pada beberapa spesies. Sedangkan ovari berada di bagian bawah daun mahkota dan daun kelopak. Bunga menghasilkan buah agregat (berkembang dari satu bunga dengan banyak putik) yang disebut rose hips. Masing-masing putik berkembang menjadi satu buah tunggal (achene), sedangkan kumpulan buah tunggal dibungkus daging buah pada bagian luar. Spesies dengan bunga yang terbuka lebar lebih mengundang kedatangan lebah atau serangga lain yang membantu penyerbukan sehingga cenderung menghasilkan lebih banyak buah.


2. Sentra Budidaya Tanaman Mawar

Di dunia, daerah pusat tanaman mawar terkonsentrasi di kawasan Alaska atau Siberia, India, Afrika Utara dan Indonesia. Sedangkan sentra budidaya tanaman mawar di Indonesia berada di daerah Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jakarta.


3. Syarat Tumbuh

Mawar tumbuh subur di daerah beriklim sedang walaupun beberapa kultivar yang merupakan hasil metode penyambungan (grafting) dapat tumbuh di daerah beriklim subtropis hingga daerah beriklim tropis. Untuk menghasilkan bunga yang optimal, tanaman mawar ditanam di dataran tinggi (1.000-1.500 dpal). Tanah yang gembur serta kaya bahan organik atau humus dengan pH 5,6-6,5, drainase yang baik dan sinar matahari yang cukup banyak.

Selain itu Pemupukan juga termasuk salah satu factor agar tanaman mawar mengahsilkan bunga yang baik. Pupuk yang digunakan antara lain, pupuk kandang dengan dosis 30 ton/ha atau 0,5 kg/tanaman (tergantung jumlah populasi tanaman mawar per hektare) diberikan sebelum tanam. Pupuk makro dan mikro diberikan dua kali dalam seminggu. Komposisi pupuk mawar dengan EC 1,5 ds/m yakni NO3 – 158 mg/liter, NH4 – N 18 mg/liter, P 38 mg/liter, K 196 mg/liter, S 40 mg/liter, Ca 140 mg/liter, Mg 18 mg/liter, Fe 1,4 mg/liter, Mn 0,3 mg/liter, Zn 0,2 mg/liter, B 0,2 mg/liter, Cu 0,005 mg/liter, dan Mo 0,05 mg/liter. Pemupukan dengan sistem irigasi otomatis dapat dilakukan bersamaan dengan penyiraman.

Pemeliharaan lain lain yang perlu dilakukan adalah penyiangan. Penyiangan tersebut dilakukan untuk menghilangkan tanaman pengganggu (gulma) dengan frekuensi dua minggu sekali, tergantung cepat tidaknya gulma tumbuh, juga bertujuan untuk menghilangkan tangkai-tangkai yang kering atau diserang hama dan penyakit, serta tunas-tunas liar.



4. Pemanenan

Ø Ciri dan Umur Panen

Ciri-ciri bunga mawar siap dipetik (dipanen) untuk tujuan sebagai bunga potong : kuntum bunganya belum mekar penuh dan berukuran normal. Untuk tujuan bunga tabur pemetikan bunga pada stadium setelah mekar penuh. Sedangkan untuk proses penyulingan pemetikan dilakukan setelah bunga mekar penuh.

Waktu panen yang ideal adalah pagi atau sore hari (saat suhu udara dan penguapan air tidak terlalu tinggi). Di beberapa sentra produsen bunga potong melakukan pemetikan bunga mawar pada malam hari. Alat pemotong bunga mawar dapat berupa pisau ataupun gunting pangkas yang tajam, bersih dan steril.

Ø Periode Panen

Tanaman mawar yang bibitnya berasal dari stek ataupun okulasi dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah tanam atau tergantung varietas dan kesuburan pertumbuhannya. Pembuangan ini akan produktif bertahun-tahun berkisar 3-5 tahun.

Ø Prakiraan Produksi

Tanaman mawar yang dipelihara secara intensif dari jenis/varietas unggul dapat menghasilkan 120.000–280.000 kuntum/hektar/tahun. Tingkat produksi ini tergantung pada varietas mawar, kesuburan tanah, jarak dan tingkat perawatan tanaman selama di kebun.





5. Teknik Pengambilan Minyak Atsiri

Berdasarkan sifat fisik dan kimia, minyak atsiri dapat dibuat dengan cara penyulingan, ekstraksi dengan pelarut mudah menguap, pembuatan dengan lemak padat, dan ekspresi. Sedangkan minyak bunga mawar sendiri dihasilkan dengan cara penyulingan dengan air. Ada beberapa yang harus diketahui dalam proses penyulingan bunga mawar antara lain:

a. Bunga mawar tidak dapat disuling dengan mengalirkan uap panas, karena mahkota bunga akan mengumpul sehingga uap tidak dapat berpenetrasi. Untuk mencegah peristiwa penggumpalan ini, biasanya bunga langsung disuling dengan cara penyulingan air. Dengan cara penyulingan ini, bunga akan bersirkulasi dengan air mendidih.

b. Minyak mawar sebagian larut dalam air suling, dan hanya sebahagian terpisah dari kondensat. Oleh karena itu air suling yang dihasilkan dari proses penyulingan air, harus disuling kembali, untuk memisahkan minyak yang larut dalam air suling tersebut.

Pada permulaan penyulingan, ketel dipanasi dengan api kecil, sehingga permulaan proses penyulingan berlangsung lambat. Teknik penyulingan mawar berasal dari Persia yang menyebar ke Arab dan India.

Pada saat ini, kebutuhan minyak mawar dunia sebanyak 70%-80% dipenuhi oleh pusat penyulingan mawar di Bulgaria sedangkan sisanya dipenuhi oleh Iran dan Jerman. Penyulingan minyak mawar di Bulgaria, Iran, dan Jerman menggunakan mawar damaskus Rosa damascena 'Trigintipetala’, sedangkan penyulingan di Perancis menggunakan jenis Rosa centifolia. Minyak mawar berwarna kuning pucat atau kuning keabu-abuan juga disebut minyak 'Rose Absolute' untuk membedakannya dengan minyak mawar yang sudah diencerkan. Penyulingan menghasilkan minyak mawar dengan perbandingan 1/3.000 sampai 1/6.000 dari berat bunga, sehingga dibutuhkan 2.000 bunga mawar untuk menghasilkan minyak mawar sebanyak 1 gram.

Minyak mawar terdiri dari geraniol braroma wangi yang mempunyai rumus kimia C10H18O dengan rumus bangun CH3.C[CH3]:CH.CH2.CH2.C[CH3]:CH.CH2OH dan l-sitronelol; serta rose camphor (parafin tanpa bau). Langkah pengamilan minyak atsiri dari bunga mawar adalah dengan mengekstraksi bunga mawar dengan pelarut heksan, perendaman, dan pengadukan. Perbandingan bunga dan pelarut 1:2 dengan lama ekstraksi 12 jam. Pengambilan filtrat melalui penyaringan dan pemerasan. Ekstrak dievaporasi vakum untuk untuk mendapatkan concrete. Concrete yang diperoleh diekstrak dengan etanol 96% dan diuapkan kembali untuk mendapatkan minyak. Rancangan penelitian menggunakan acak lengkap pola factorial dengan 3 ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap rendeman concrete, minyak, indeks bias, dan komposisi kimiawi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis mawar Americana Beauty menghasilkan rendeman concrete dan absolut tertinggi, yaitu 0,14% dan 0,06%. Nilai indeks bias tertinggi dimiliki jenis mawar putih tabur (1,45-1,47).

Komponen utama penyusun absolut mawar adalah fenil etil alkohol,sitronellol, dan geraniol. Pada mawar Americana Beauty didominasi senyawa metil eugenol.


6. Nama Dagang dan Kegunaan

Nama dagang minyak yang dihasilkan dari penyulingan terhadap bunga mawar adalah rose oil. Minyak atsiri ini mengandung zat sitrat, sitronelol, geraniol, linalol, nerol, eugenol, feniletilalkohol, farnesol, dan nonilal-dehida. Berkhasiat untuk mengobati gigitan serangga berbisa, gabag (morbili), dan jerawat.










DAFTAR PUSTAKA



Hawley, G.G., 1981. The condensed chemical dictionary. 10th Ed. Van Nostrand Reinhold Co., New York. 1135 hal.

Hener, U.; P. Kreis and A. Mosandl, 1990. Enantiomeric distribution of α-pinen, β-pinen and limonene in essential oils and extracts. Part 2. Oils, perfumes and cosmetics. Flavor and fragrance jounal. 5 : 201-204.

Heyne, K., 1987.Tumbuhan berguna Indonesia. Jilid II. Litbang Kehutanan, Jakarta : 1553-1554.

Lydon. J and S.O.Duke, 1987. Progress toward natural herbicides from plants. The herb, spice and medicinal plant digest. 5 (4) : 1 – 5.

Miliszkiez, D; P. Wieczorek; B. Lejezak; E. Kowalik and P. Kafarski, 1992. Herbicidal activity of phosphonic and analogues and aspartic acid. Pestic.Sci. 34 : 349 – 354.

Nezu, Y; M. Miyazaki; K. Sugiyama; N. Wada; I. Kajiwara and Miyazama, 1996. Dimethoxypirimidines as novel herbicides. Part 2. Synthesia and herbicidal activity of O-pirimidines salycilates and analogues. Pestic. Sci. 47 : 115 – 124

Oyen, L.P.A and Nguyen Xuan Dung, 1999. Plants resources of South-East Asia : Essential Oil No19. Prosea, Bogor, Indonesia : 110 – 114.

Anonim, 1997. Wintergreen. http://www.hort.purdue.edu/newcr op/med-aro/factssheet/ WINTERGREEN.html.

Anonim, 2002. Nepal Nature Product. http://www.msinp.com/herbs/produ ct.htm.

Anonim, 2003. CanadaMedExpress. http://www.canadamedexpress.com /productpage66.asp.

1 komentar: